Hamdan Muafi, Founder Pinter Kampus. (Foto: Dok/Ist). |
Suara Time, Opini - Kekerasan dan konflik dalam setiap pemilu sulit untuk dihindari, terutama menjelang pemilihan di mana potensi konflik semakin meningkat. Madura menjadi contoh nyata di mana ketegangan dan konflik terus berlanjut. Terbaru, di Kabupaten Sampang, konflik yang berujung pada hilangnya nyawa semakin menegaskan bahwa Pulau Madura tidak aman selama penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.
Di Jawa Timur, peta rawan konflik daerah masih menunjukkan angka tertinggi, dengan laporan kepolisian yang menyebutkan bahwa empat kabupaten di Madura memiliki potensi konflik yang sangat tinggi, dan Kabupaten Sampang menempati peringkat pertama sebagai daerah dengan risiko konflik terbesar. Hal ini terbukti dengan terjadinya insiden carok antar pendukung yang menyebabkan satu orang tewas.
Konflik dalam pemilihan calon kepala daerah tidak hanya terjadi menjelang pemilihan bupati, melainkan juga telah menjadi fenomena yang lebih luas. Di Madura secara umum, dan di Sampang secara khusus, sering terjadi konflik fisik yang bahkan berujung pada kehilangan nyawa, terutama saat pemilihan kepala desa. Peristiwa tragis ini, yang tampaknya tidak pernah hilang dan justru terus dipelihara, pada akhirnya memengaruhi proses pemilihan calon pemimpin. Masyarakat pun mulai menganggap konflik sebagai hal yang biasa, seakan menjadi bagian dari siklus pemilu lima tahunan. Akibatnya, ide dan gagasan yang dibawa oleh calon-calon pemimpin tenggelam dalam drama konflik, dan masyarakat pun tidak dapat menikmati proses demokrasi yang seharusnya menjadi momen penting dalam kehidupan politik.
Konflik dalam setiap pemilu seharusnya menjadi peringatan bagi pemilih dan pendukung bahwa di antara mereka yang terlibat konflik, terdapat warga lain yang tidak terlibat langsung dalam proses politik, namun berharap agar Sampang dapat berkembang dan menjadi lebih baik. Konflik seperti ini seharusnya tidak terjadi jika para pendukung memahami esensi dari penyelenggaraan pemilu. Sebab, pemilu sejatinya adalah sarana untuk mencapai kesejahteraan dan perbaikan taraf hidup masyarakat Kabupaten Sampang. Selama ini, banyak yang lebih fokus pada perbedaan antara lawan dan kawan, tanpa benar-benar memperhatikan visi-misi calon yang ditawarkan atau harapan yang ingin dicapai. Pada kenyataannya, implementasi debat kandidat sering kali hanya menjadi awal dari potensi konflik fisik.
Pilkada 2024 di Kabupaten Sampang menjadi sebuah momentum yang sangat penting untuk mendorong perbaikan dan kemajuan daerah. Saat ini, Sampang tertinggal jauh dibandingkan dengan daerah lain, terutama dalam hal pendidikan dan perbaikan ekonomi masyarakat. Jika setiap penyelenggaraan pemilu selalu diwarnai dengan jatuhnya korban jiwa, maka Kabupaten Sampang akan terus mengalami kemunduran. Untuk mengejar ketertinggalan dalam sektor pendidikan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan ekonomi, Sampang menghadapi tantangan yang semakin berat.
Pendidikan dan IPM merupakan isu yang sangat krusial bagi Sampang. IPM menjadi solusi konkret dalam meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan tingkat konflik di daerah tersebut. Tingginya IPM berkolerasi dengan berkurangnya potensi konflik, karena masyarakat yang lebih terdidik dan sejahtera cenderung lebih stabil dalam menyikapi perbedaan politik. Hal ini juga sejalan dengan temuan riset kepolisian Jawa Timur yang menempatkan Sampang sebagai daerah dengan potensi konflik tertinggi, akibat rendahnya IPM, yang bahkan berada di posisi terendah di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sampang, Kabupaten Sampang pada tahun 2023 IPM-nya tercatat sebesar 66,19 persen.
Mengapa IPM begitu penting? IPM mencerminkan kualitas hidup masyarakat dan memiliki hubungan langsung dengan kestabilan politik, partisipasi pemilih, serta terciptanya pemilu yang damai. IPM mencakup dimensi pendidikan, yang sangat vital dalam proses demokrasi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih memahami pentingnya pemilu sebagai bagian integral dari proses demokrasi. IPM yang tinggi mencerminkan keberhasilan pembangunan sosial-ekonomi yang dapat membentuk karakter masyarakat yang lebih matang dalam berdemokrasi. Dalam konteks pemilu, ini berarti pemilih lebih siap untuk menerima perbedaan pilihan politik dan lebih mengedepankan dialog daripada konfrontasi.
Perbedaan pilihan politik merupakan bagian dari kodrat manusia dan merupakan bagian tak terpisahkan dalam sistem demokrasi. Saya masih meyakini gagasan Plato yang mengatakan bahwa "demokrasi tidak cocok untuk orang yang tidak terdidik." Plato mengkritik demokrasi dengan argumen bahwa orang-orang yang tidak terdidik atau kurang bijaksana berpotensi membuat keputusan politik yang tidak tepat. Baginya, demokrasi memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada individu yang tidak memiliki pengetahuan atau kebijaksanaan yang cukup untuk mengelola negara secara efektif, yang bisa berujung pada kekacauan dan ketidakstabilan.
Pilkada demokratis di Sampang seharusnya menjadi amanat rakyat, bukan sekadar ajang untuk meramaikan pesta demokrasi. Dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih rendah, Kabupaten Sampang belum sepenuhnya siap untuk menjalankan amanat rakyat dalam pemilihan kepala daerah secara demokratis. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) sangat penting untuk mengurangi potensi konflik. Sangat pas bila dikaitkan dengan pemikiran Plato soal konsep demokrasi yang harus memiliki SDM yang baik. Kesiapan SDM ini menjadi langkah awal yang krusial dalam meminimalkan konflik selama proses pemilihan, sehingga dapat berlangsung dengan kondusif dan menghasilkan pemimpin yang baik serta amanah.
Menjelang pemilihan, sangat penting untuk memfokuskan perhatian pada arah masa depan Kabupaten Sampang. Pemilu bukan hanya tentang individu atau kedua belah pihak yang terlibat, melainkan tentang bagaimana memastikan masa depan 988.360 warga Sampang dapat memperoleh kehidupan yang layak, pelayanan publik yang baik, dan akses pendidikan yang merata. Semua ini harus dimulai dari momentum Pilkada 2024. Bukan hanya kedua pasangan calon yang berkompetisi untuk menang, tetapi seluruh masyarakat juga berhak menang, menang dalam arti bebas dari konflik dan aman dari segala bentuk ancaman. Oleh karena itu, kita harus mengedepankan ide dan gagasan dari kedua pasangan calon bupati Sampang, bukan memupuk permusuhan dengan memisahkan lawan dan kawan.
*) Penulis adalah Hamdan Muafi, Aktivis PMII sekaligus Founder Pintar Kampus.
Komentar0