Sir Alex Ferguson, mantan Pelatih Manchester United bersama pelatih saat ini, Erik Ten Hag. (Foto: Dok/Ist). |
Suaratime, Jakarta - Keputusan Manchester United untuk menghentikan kontrak Sir Alex Ferguson sebagai duta besar klub memicu gelombang kritik dari berbagai pihak, termasuk dari legenda klub, Dwight Yorke. Ferguson, yang kini berusia 82 tahun, menjadi korban terbaru dari langkah penghematan yang diambil klub di bawah kepemilikan baru. Pemangkasan anggaran membuat mantan manajer yang telah membawa kejayaan besar bagi Manchester United itu harus menjalankan perannya tanpa menerima gaji.
Sejak pensiun dari jabatannya sebagai manajer pada 2013, Ferguson telah menjalankan peran sebagai duta besar global untuk Manchester United, mewakili klub di berbagai acara di dalam dan luar negeri. Namun, pemilik baru klub, Sir Jim Ratcliffe, mengambil keputusan untuk menghentikan pembayaran tahunan Ferguson yang bernilai Rp 44 miliar sebagai bagian dari strategi penghematan setelah akuisisi saham oleh perusahaan INEOS. Keputusan ini bertujuan untuk menyeimbangkan keuangan klub yang sedang berusaha keluar dari masalah finansial.
Dwight Yorke, yang pernah menjadi bagian dari skuad Manchester United yang meraih treble winners pada tahun 1999 di bawah asuhan Ferguson, secara terbuka menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan tersebut. Ia merasa bahwa klub telah berubah drastis, termasuk dalam hal bagaimana memperlakukan seseorang yang memiliki pengaruh sebesar Ferguson. Yorke menegaskan bahwa seseorang yang telah berkontribusi begitu besar terhadap kesuksesan klub seharusnya diperlakukan dengan lebih hormat.
Tidak hanya Yorke, kritik juga datang dari mantan bintang Manchester United lainnya. Eric Cantona mengungkapkan pandangannya melalui media sosial, mengatakan bahwa Ferguson seharusnya diberi kebebasan penuh untuk berperan di klub selama hidupnya. Ia menyebut langkah penghentian kontrak ini sebagai bentuk ketidakadilan terhadap figur legendaris tersebut. Rio Ferdinand, mantan bek tengah Manchester United, menambahkan bahwa jika Ferguson dapat diperlakukan seperti ini, maka tidak ada sosok yang aman dari perubahan besar yang sedang terjadi di Old Trafford.
Reaksi terhadap keputusan ini tidak hanya datang dari mantan pemain Manchester United, tetapi juga dari berbagai tokoh olahraga. Don Hutchison, mantan pemain tim nasional Skotlandia, mengkritik langkah tersebut sebagai tindakan yang keras. Hutchison berpendapat bahwa klub seharusnya menjual pemain yang kurang berkontribusi dibandingkan mengorbankan peran penting Ferguson. Kritik serupa juga datang dari Jamie O'Hara, mantan pemain Tottenham Hotspur, yang mempertanyakan mengapa Ferguson menjadi korban sebelum Erik Ten Hag, manajer yang sedang berada di bawah tekanan karena penampilan tim yang belum memuaskan.
Keputusan untuk memotong biaya di Manchester United tidak hanya berdampak pada Ferguson. Klub juga memberhentikan sekitar 250 karyawan dan memangkas berbagai tunjangan staf, termasuk fasilitas kartu kredit perusahaan dan perjalanan gratis. Bahkan, acara tahunan seperti pesta Natal untuk staf tahun ini dibatalkan sebagai bagian dari langkah efisiensi keuangan. Meski Ferguson masih akan mempertahankan jabatannya sebagai direktur non-eksekutif di klub, perannya sebagai duta besar akan berakhir setelah musim ini.
Keputusan ini dikabarkan diambil setelah pertemuan langsung antara Ferguson dan Ratcliffe, yang mencapai kesepakatan bersama mengenai peran Ferguson ke depan. Langkah penghematan ini diambil di tengah upaya Manchester United untuk memperbaiki kondisi keuangannya, setelah baru-baru ini melaporkan kerugian sebesar Rp 2,3 triliun. Klub berupaya untuk mematuhi aturan keuangan Premier League, yang membatasi kerugian selama periode tiga tahun. Meski keputusan ini dianggap penting bagi stabilitas finansial klub, banyak pihak menganggap cara klub menangani situasi ini telah menimbulkan perdebatan dan mencoreng warisan Ferguson di era baru Manchester United.
Komentar0