Suara Time, Entertaiment - Lia Oktafianti adalah nama yang tidak asing lagi di dunia media sosial dan bisnis. Seorang influencer kelahiran Jakarta pada 6 Oktober 1988 ini sukses mencuri perhatian dengan konten seputar review produk kebutuhan rumah tangga, parenting, serta perjalanan seru bersama keluarganya. Tak hanya itu, dengan lebih dari 73.000 pengikut di akun Instagram @lia.oktafianti, Lia berhasil memadukan kehidupan pribadi dan profesionalnya dengan cara yang inspiratif dan penuh makna. Kenali Lia Oktafianti, Ibu yang Menyeimbangkan Karier Sebagai Influencer, Pengusaha, dan Penulis! (Doc. Ist)
Di samping kariernya sebagai influencer, Lia adalah pengusaha yang telah membangun dua brand clothing, biocloths dan Bryls Indonesia, yang masing-masing menyediakan kaos polos berkualitas untuk dewasa dan anak-anak. Bersama suaminya, yang juga mengelola bisnis konveksi Baraka Outstanding Indonesia, Lia membuktikan bahwa kerja keras dan kemitraan yang solid bisa menghasilkan usaha yang kokoh. Melalui bisnis ini, ia berusaha menyajikan produk berkualitas yang nyaman, memenuhi kebutuhan konsumen, serta memiliki daya tarik di pasaran.
Influencer yang Mengutamakan Keluarga
Sebagai ibu dari tiga anak—dua putri dan satu putra—Lia Oktafianti tetap menomorsatukan keluarganya meskipun kesibukannya sebagai influencer dan pengusaha kian padat. Dalam unggahan Instagram-nya, Lia sering berbagi momen berharga bersama suami dan anak-anaknya, baik saat berlibur maupun di rumah. Ia ingin memperlihatkan bahwa seorang ibu yang memiliki karier tetap dapat menjalani peran keluarga dengan penuh kasih sayang dan kehangatan.
“Anak-anak adalah prioritas utama saya. Di tengah kesibukan bekerja dan mengelola bisnis, saya selalu meluangkan waktu untuk mereka,” ungkap Lia. Kontennya yang melibatkan keluarga, terutama tips parenting dan review produk untuk anak, menarik perhatian banyak pengikutnya yang juga seorang ibu. Lia ingin menginspirasi para ibu di luar sana bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah sesuatu yang dapat dicapai jika dijalani dengan komitmen dan dukungan keluarga.
Membangun Komunitas “Ibuk Ngonten” untuk Ibu-Ibu Kreatif
Selain berkarier sebagai influencer dan pebisnis, Lia adalah sosok pendiri Ibuk Ngonten, komunitas yang ia rintis untuk mendukung para ibu yang ingin mengembangkan keterampilan konten media sosial. Dengan Ibuk Ngonten, Lia menyediakan ruang bagi ibu-ibu yang memiliki minat di dunia konten digital namun mungkin belum yakin dengan langkah awal yang harus diambil. Di sini, para ibu diajarkan cara membuat konten yang menarik, berinteraksi dengan pengikut, hingga memanfaatkan media sosial untuk mendukung keseharian mereka.
Lia merasa bahwa sebagai ibu, berbagi pengalaman dan membantu ibu lainnya untuk percaya diri di media sosial adalah hal yang penting. “Saya ingin mendukung para ibu untuk terus berkarya. Menjadi produktif di media sosial bukan berarti melupakan peran kita sebagai ibu, justru kita bisa menjadi panutan bagi anak-anak kita,” ujarnya. Komunitas Ibuk Ngonten kini telah berkembang dan banyak anggotanya yang semakin aktif dan produktif di media sosial.
Sukses Menulis dan Cinta Sastra Sejak Dini
Tidak hanya di dunia bisnis dan konten digital, Lia juga memiliki kecintaan mendalam pada dunia sastra. Hobi menulisnya bermula sejak duduk di bangku SMP, di mana ia sering membaca novel dan cerpen. Pengalaman ini menumbuhkan kecintaannya pada sastra dan menginspirasinya untuk menulis. Salah satu buku antologi yang melibatkan tulisannya, berjudul Pernikahanku Tak Sempurna, berhasil menjadi best seller dan kini telah memasuki cetakan kedua.
Antologi tersebut menceritakan kisah-kisah pernikahan dari berbagai sudut pandang, dan Lia merasa bangga bisa berbagi pengalaman dan cerita inspiratif kepada pembaca. Kini, ia sedang menulis buku antologi lainnya berjudul Marriage is Scary, yang akan diterbitkan oleh Penerbit Bahasa Semesta. Buku ini berfokus pada dinamika kehidupan pernikahan dan pandangan jujurnya terhadap lika-liku rumah tangga. “Saya berharap tulisan ini bisa membuka pandangan dan membantu mereka yang tengah menghadapi tantangan dalam pernikahan,” kata Lia. Melalui karya ini, ia berharap bisa memberi inspirasi dan wawasan yang bermakna bagi para pembaca.
Menjalin Bisnis dan Keluarga dalam Satu Visi
Sebagai pengusaha, Lia berhasil membangun dua brand sukses, yaitu biocloths dan Bryls Indonesia, yang berfokus pada kaos polos untuk dewasa dan anak-anak. Dengan dukungan suaminya yang berpengalaman dalam bisnis konveksi, Lia berhasil menjaga kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen. Keberhasilan bisnisnya tidak hanya berkat ketekunan, tetapi juga hasil dari kerjasama yang solid dengan suaminya.
Lia mengakui bahwa menjalankan bisnis bersama keluarga memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga. “Kami berbagi visi dan saling mendukung dalam bisnis ini. Dengan kehadiran suami di belakang layar, saya bisa fokus pada kreativitas dan manajemen konten,” tutur Lia. Kombinasi kemampuan dan dukungan keluarga inilah yang menjadi kekuatan besar bagi usaha-usahanya untuk terus berkembang dan dikenal lebih luas.
Menyinergikan Peran Sebagai Ibu, Influencer, dan Pengusaha
Meski memiliki peran yang kompleks, Lia Oktafianti percaya bahwa seorang ibu bisa tetap menjalani karier tanpa mengorbankan keluarga. Kehadirannya di media sosial dan dunia usaha membuktikan bahwa peran ibu modern saat ini lebih fleksibel dan berdaya. Dengan konten yang mendekatkan dirinya dengan para pengikutnya, baik melalui tips parenting, review produk, maupun cerita perjalanan bersama keluarga, Lia berhasil membangun komunitas yang solid dan terus berkembang.
Di usia 36 tahun, Lia menjadi inspirasi bagi banyak ibu yang ingin produktif tanpa meninggalkan nilai-nilai keluarga. Melalui kombinasi antara bisnis, komunitas, dan karya tulisnya, Lia membuktikan bahwa ibu-ibu dapat memiliki kesempatan untuk terus berkarya, mengembangkan diri, dan memberikan dampak positif bagi banyak orang. Keseimbangan hidup yang ia tunjukkan adalah inspirasi nyata yang diharapkan dapat mendorong ibu-ibu lainnya untuk berkarya sesuai passion mereka, baik di dunia konten, bisnis, maupun literasi.
Komentar0