Dalam bait-bait melodi yang sendu
Namamu mengalir membasahi rindu
biru hatiku.
Bukan keindahan yang kau datangkan
Melainkan, kecewa bersama luka terdalam
Masih terasa cairan bening tak putih
melebur, hambur, dan pedih kurasa.
Kenangan manis bak perisai menyayat hati tak bertuan.
Sekarang aku bertanya,
apakah takdir yang salah, atau
waktu yang tak berpihak pada hati, dan
belum siap untuk terbuka.
sungguh aku tak kuasa bila ingat, engkau
sebagai dalang dalam rangkaian hidupku.
Naluri tak berdosa merasa bersalah
pada sosok yang tak tahu, entah dimana dan kemana.
engkau dan masa laluku,
dua rumus kisah dan kasih yang semu tanpa titik temu.
Yogyakarta, 12 September 2020.
Rindu Ayah
Aku tertatih menahan deru langkahmu yang kian menghilang.
Sebait doa tak henti aku lantunkan,
berharap semesta menghalangi langkahmu untuk pergi.
Ratusan kali ku coba memohon, hingga tak lagi ku kenal kata letih.
Memori kelam itu kembali menyapa hari-hariku.
Gerimis datang mengundangku kedalam luka yang beku.
Makin jelas siluet bayangmu dan menculik batinku
Tapi dirimu semakin buram kurasa.
Pertanda apa?
Aku tak butuh penerjemah jika itu hanya imajiku saja
Langkah kecil tak bertepi sudah hilang iramanya,
Tak beraturan layaknya lantunan kosong kalbuku yang terpenjara tak bersahaja.
Pada angin yang berhembus
Aku titip kenangan ini
Berharap semua menghilang
Tanpa perlu merindu.
Ayah, panggilan ringan penuh cerita.
Bumbu syair berpadu melantunkan namamu,
Yang tak pernah terhapus walau buku telah usang dimakan waktu.
TILIK
RINDU
Masih terbayang
dalam alunan imaji tak berekspektasi.
Wajah pucat pasi
tanpa emosi.
Potret senyum
menghambur rindu menahan sepi.
Sapaan hangat kian memudar seiring waktu.
Ah, getir
rasanya
Terbayang kau di depan
mata
Hendak di raih, namun tak
kunjung tergenggam.
Membuncah rindu yang
semakin menggebu.
Harapan kecil
agar kau bersedia menjadi tamu di mimpiku.
Kini, aku hanya
diam membisu sembari menatap bingkai usang penuh debu.
Tak lupa,bibir
munggilku melantunkan doa penuh syahdu.
Wahai dzat yang maha agung,
Ku titip serpihan-serpihan rindu untuknya
lewat deruan angin malam.
Yogyakarta, 13 September 2020
Penulis adalah Mahasiswa baru Hukum Ekonomi Syari'ah
di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SUKA Yogyakarta.
Komentar0