aku kurus hingga lupa siapa (dulu).
aku lupa kalau bening itu indah
aku terkuras karena nafsu sesaat
hingga aku tak tau kalau aku siapa.
ibu,
maaf aku sudah lupa sikap dari hati mu
maafkan aku sudah menjadi hari mau karena ke-egoisan,
dan maafkan luka pada ibu dari setiap ceceran tinta.
ibu,
aku kurus bukan karena puasa
aku kurus bukan karena gizi yang tak terasa
tapi ibu, aku kurus ruhani yang sudah mulai retak dari hatiku.
ibu,
berilah aku setangkai doa di seperempat malam mu
agar aku mampu menyulamnya dan terjaga dalam setiap kedipan mata.
ibu, aku ingin kembali melihat mata kita berkaca-kaca
saling memantul kan di atas sejadah kita
dan bertashbih sebagaimana Tuhan Maha Kuasa.
pak, bapak.
munkin sekarang mukamu hitam
dengan semua ocehan burung pinggir jalan
bapak maafkan aku
yang sudah memberi luka pada keluarga
hingga aku ternoda oleh janji-janji setia
yang sudah sekarat akan siapa saya, karena dia dan keluarga.
bapak, ampunilah aku.
dia,
maaf aku lupa bagaimana kita bercerita
maaf aku lupa karena keluarga
maaf aku lupa kalau aku bukan aku yang kau didik untuk si "dia"
maaf jika dari dulu ke-egoisanku untuk jujur tetap saja
maaf jika sudah lama aku taksulam doa
maaf jika aku selalu lupa bahwa Tuhan Maha Setia,
dan Tuhanku, kembalikan aku pada yang dulu
yang setiap, ada bersama Mu
yang setiap kata hanya asmah Mu
dan setiap senyumku hanya untuk Mu
berilah aku welas asih Mu lagi
untuk membuat mereka bahagia
untuk memastikan mereka tanpa beban saya
untuk bisa menikmati bagaimana aku setia dan sabar
dengan seluruh keagungan dan keadilan MU.
Yogyakarta, 10 November 2019
Komentar0