Senja redup sore ini
Malaikat sebagai sayap dihadapanmu
Aku murung bersama sekikis mega yang mirah
Dari raut lunglai
Aku berkacak pinggang
Lantaran raupmu yg begitu indah
Menjadi kisah dalam deretan sejarah
Bukan aku manangis!
Tapi aku menyaksikan tabir luka
Yang menjadi tawa diantara kalian berdua
Entah aku siapa! Meski setiap waktu aku selalu ada
Kau batuk,
Desir dingin yg menyelimuti bulu nadi didetik yang lalu
Aku nikmati laksana mentari pagi.
Aku bertanya, itu apa?
Karena gonjangan bola mata tak bisa pisah dari kasih untuk berkisah
Ya! Antara kita berdua meski hanya angan dan menjadi genangan
Kini aku berdahak,
Karena aku tak bisa menatapmu lagi.
Dinding rindu yang kau muntahkan (padanya) dihadapanku
Akan menjadi angka mati yg dari angka ke angka
Bagai angkot tua dikeramaian kota
Aku bermimpi bersama sepi diantara ramainya canda tawa berdua
Indahlah,
engkau sebagaimana senja yg kita nikmati bersama
Dan bahagialah engkau,
sebagaimana tawa dan senyum kau lontarkan saat kita mendaki bersama.
Yogyakarta, 02 November 2019
Komentar0