nduk! Bau tubuhmu datang lagi
nduk! Bau bibir seksimu nampak lagi
nduk! Bau-bauan yang terengah kembali lagi
Mungkin dalam, setiap kata sudah tak ada
Mungkin dalam, setiap elus sudah tak ada
Mungkin dalam, setiap sentuh sudah Muhal, Saja.
Tapi dari setiap tatihan angka
yang kita hitung sebagai jadwal merah kita, dan
marwah mesra yang sudah tiada.
Merenungi wangi tubuhmu yang masih setia disetiap pojok asmara.
Semerbak dengan kunang-kunang yang meminta
Untuk kembali pada masa suram dan kelam.
Dan geram tubuhhmu bukan rahasia bagiku
Karena peluh yang aku usap manis rasanya, adalah jasa yang hilang dari kesetiaan dan penantian.
Yogyakarta, 08 November 2019
Komentar0