Oleh; Wafil M
Rembulan di padang tandus
Menangis menyesal dan marangkai sajak kecewa
Tawa pada sinti meter laksana selalu jadi derita
Dan tetap saja merongga di bawah alam sadarnya
Cinta selalu istimewa.
Padahal, bait demi bait berhembus di senja yang mulai menangis
Terselubung arti dan konsekuensi
Terindikasi properti dari sajak suci yang murni.
Rembulan di pagi hari, kau
Merampas hati nurani
Di setiap kebijakan penuh misteri.
Kita berjalan bersama, melambaikan tangan
Pada merpati yang berkedip sana sini dengan sepasang kekasih
Di tepi pantai kau nodai dengan kerikil yang tak berarti
Yang itu hanya sebuah ilusi
Yang itu adalah ini, dan sendiri.
Karena kau rembulan tanpa senja dikehidupan ini.
Kau adalah masa disetiap masa
Cinta disetiap asmara
Yang melayang bersama sayang.
Bulshit di perjalana.
Setelah gelap tak sama gemerlap
Menusuk jantung asmaramu
Dan kau cicirkan pada secuil nafsu bintang jalang
Yang meronta akan akan kehidupan tanpa bayang
Ku ucapkan kali ini "Sekian"
- Yogyakarta (al-Mumtaz), 31 Maret 2018
Komentar0