Buram Nusantaraku
Oleh: Wafil M
Kujamah kau dari ujung tak pandang
Sampai ujung memandang
Dari sehelai sistem mu dan para penjilat isi telingamu
Hingga dedaunan mengering bau bangkai dijalanan
Dan kutelusuri lingkak lingkuk kulit leher mu, itu di istanamu
Sementara remasan desah yang mengemuruh dengan lestari nafsuku
Rusak dari dua gunung keseimbangan cantikmu
Ku tiduri di antara dua gunung raksasa mu
Terdengar peduli kasih untuk penghijauan merah kecupmu
Itu terjadi saat kampanye pencitraanmu
Di lahan dengan tanah subur dari pijatan para petani
Kau rampas hingga mengelupas,
Tak ku temukan wajah senyum mendesah dari rabaan lihai mu.
Kumasukkan kerisku warisan bapak ibuku pada inti klimaksmu
Ku temukan sumber air mata
Yang mengalir deras
Dari ketidak puasan gairah perkosa nafsumu.
Dari kaki yang menjalar
Aku cakar pada nafsu setengah tiang
Dengan tegak separuh tancapan
Yang mengelupas ketidak mampuan perkawinan.
Disana kutemukan jemari kaki
Yang menangis dengan anak didik tanpa abdi
Sperma lumpuh tak ubahnya hanya mimpi bersetubuh.
Saat kau diam tanpa goncangan
Meleleh desahan pandang para pelacur
Yang berdoa dirumah-rumah diskotik tempat mereka ibadah
Kau hadir ditengah-tengah bersaksi sehelai rambutku akan menjalar
Tanpa halal dan haram.
"Nikmatku jalanku
Deritamu penyakit sepanjang masa untukmu"
Yogyakarta, 14 2018
Komentar0