Aku tanya pagimu
Karena pagi, aku anggap pagimu
Aku menunggu kapan kamu bertanya pagiku
Karena pagiku butuh pagimu
Kapan Pagimu?
Kapan pagiku?
Kapan pagi kita?
Entah sudah berapa kali
Lampu merah berkedip mesra padaku
Sampai lampu hijau pun lupa pada angka-angka
Kendaraan yang tersurat dan tersirat
Celetuk si waarna kuning padaku,
Kamu jangan tergoda pada tuhan yang mencumbuimu
Dia hanya angan yang melayang penuh pujaan.
Cukup kamu dan dia tahu,
Bahwa kamu menunggu, siapa takdirmu
dan siapa takdirnya
Bersyukurlah pada sabda yang dilayangkannya
Untuk kamu catat disetiap hembusan nafasnya.
Dan menanti, siapa pagi itu?
Dimana pagi itu?
dan kapan pagiku dan kamu menjadi kita?.
Yogyakarta, 02 Maret 2018
Komentar0