Malam mulai redup
Saat fajar kidzib batuk seketika
Tuhan menawarkan pertigaan lampu kuning
Sementara saya paten pada arah lampu hijau di perempatan.
Saat detik tahun berkomandang
Sebelum kau putuskan
Saya sudah menyiapkan alasan
Saya akan bicara jika kiamat tinggal sepenggal detik lagi
Mewakili garis suci dan menghampiri di pelaminanmu nanti.
Tapi, sebelum ajal cinta tiba
Tak ubahnya pangilan tuhan yang istiqomah
Di setiap masa lingkaran kehidupan
Saya berkomandang pada Mu
Dia untukku, dia tulang rusukku, dan
dia sumber bahagiaku.
Sang Maha Cinta.
Kenapa kau ciptakan tuhan,
yang begitu asyik
yang begitu unik
yang begitu lugu
yang begitu pendiam, dan
begitu seksi dan cantik.
Saya tak mampu mrnhan seksi senyum bibirnya,
bahkan duplikatnya.
Sang Maha Cinta,
Munkin dia tertawa
Karena saya mengaguminya
Mungkin di tersenyum
Karena saya mulai merenung
Mungkin bahagia
Karena saya menderita
Sang Maha Cinta,
Tetap saja, saya akan buka
Kran-kran duka menjadi asmara
Sang Maha Cinta,
Tetap saja, saya akan lestarikan
Budaya tanpa meninggalkannya
Pada setiap angin yang menghampiri pertigaan malam.
Pada setiap ombak yang kembali keperaduanNya.
Yogyakarta, 22 Februari 2018
Komentar0