Kepahitan kopi akan manis
Kemanisan coklat akan pahit
Itu jelas, sesuai pemesannya.
Saat kopi ingin menjinakkan
Coklat baru jatuh dari rantingnya
Dia berkata;
Apakah salah jika manis dan kenyamanan mu
Sedikit dituangkan pada tubuhku
Agar bisa diaduk dan dinikmati dengan nyaman
Oleh tuan ku
Coklat merengik kesakitan
Setelah di permukaan dan
Menjerit dikit.
Aku baru jatuh,
Aku trauma pada alam yang dulu dan
Yang ingin kamu berikan
Aku bukan tidak ingin memberi beberapa tetes
Agar hidupmu bisa tercampur dengan manis kenikmatan
Namun berilah aku waktu
Karena tuhan yang tahu
Kamu tidak pantas menerima pelampiasan
Karena belas kasihan.
Biarkan ke pahitanku dan kamu
Tidak menyatu
Karena masih banyak pemanis yang bisa memanjakanmu
Gula pasir dari jember dan
Madu yang dari piyungan
Tinggal beberapa langkah kamu
Bisa mengapai dan membangun harapan.
Seruputlah kopi itu dengan yang lain
Agar pagi tak selamanya sakit perut
Dan aku bisa bebas bercampur dengan yang lain
Tanpa melihat wajah nistapa mu.
Kita bertemu di sore nanti
Setelah kamu mampu move on
Dari coklat tangis ini.
Terimakasih coklat pahit
Yang tak sesuai pesanan dan,
Sehingga tak separuhpun diminum oleh pelanggan
Maaf jika kepahitan kopi ini menggangu dan
Tak mampu mengelus pipimu yang luka
Dari bekas kecelakaan.
Yogyakarta, 03 Januari 2018
Penulis adalah aktifis FKMSB DIY, PMII Ashram Bangsa, Teater Kertas
LPM Advokasia dan sekarang aktif sebagai senat Mahasiswa
FSH UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta.
Komentar0