Kau tahu, umur kita bagai senja berdahak
Mengelilingi luka dan duka,
Bercerita pada gerimis suci untuk ikut bercinta
Bernostalgia dengan tabir yang sudah tua
di lampu merah sana,
Kita anggap semua adalah dusta dan kita yang nyata
Mengejar impian yang sama
Untuk ikut andil dalam sebuah dongin antara tangis dan gerimis
Padahal itu dusta yang berjalan mencari cinta.
Menunggu moment agar tangis tidak mencederai gerimis
Yang muali romantis.
di lampu merah sana,
Kita terobos cakrawala dunia
Dan mengatakan kita hanya untuk kita
Padahal itu karma.
Tahun baru hanyalah karma.
Tahun baru selalu mencari korbannya
dan maaf ternyata kaulah korban selanjutnya.
Di antara riak aksara,
Saya menari layaknya orang gila tanpa dosa
Bersabda pada abjad dengan minitipkan jiwa
Di antara riak aksara,
Tak seperti angka yang rapi sebelunya,
Angka pertama,
Engkau salting
Jika ranting dan gunting, kau akan
Tusukkan tanpa melihat itu aksara yang mana
Angka kedua,
Kau marah dengan khotbah imamiyah
Yang membawakan hadistku dengan tidak benar
Angka ketiga dan selanjutnya,
Kau mengusir Jiwa yg tak pernah siap melihat derita
Kau memaksa untuk pindah dari angka-angka karma
di antara riak aksara dan luka yg berakhir jujur dengan penuh luka
Saya ingin munyulam kembali tali suci
Saya ingin bersajak pasti.
Bahwa saya adalah sajak
Luka
Derita
Cerita
Yang berakhir cinta dan bahagia.
Komentar0