Tuhan,
kau maha cantik,
kau maha asyik,
kau maha tawa,
kau maha santai, dan
kau tuhan, maha diatas maha
yang pernah saya perkosa waktu dan masa,
yang pernah saya tiduri malam dan siang
bersama tamu.
Tuhan, kau maha cantik
masih ingatkah
saat kau tersenyum
memainkan bibir merahmu untuk
menampar babu dalam kalbu.
padahal itu meremang
antara cinta, luka, derita, dan bahagia
Tuhan, kau maha asyik
masih ingatkah,
saat roda setia menemani kita,
menikmati cerita tentang pasrah dan derita
dia tidak berisik karena tak terusik.
Tuhan kau maha tawa
masih ingatkah,
yang seharusnya cerita penuh duka
dari mantan yang penuh setia.
malah tawa ikut bercanda
menggelitik, karena masa tua.
Tuhan maha santai
masih ingatkah,
ada apa disana,
saat santai pelabuhan pertemuan
kau sapa salam mesra
ditengah kerumunan dusta.
Tuhan, kau tau?
saat senja batuk di depan para ilmuan
saat gerimis berkacak pinggang
bersama abjad kerapian
adzan melambaikan kemerduan
dan kau tuhan, masih asyik tertawa
pontang-panting dikelilingi para ilmuan
mencuri pandang pada sentuhan dan belaian
tokoh-tokoh perubahan menyaksikan sentuhan dari kau, tuhan.
mereka bersabda, ini saya ada!
peliharalah saya.
saya pun,!
memelihara pandangan, dan
senyuman yang dipenuhi kebingungan.
Tuhan,
di samping mu
di depan mu
di belakang mu
ada yang tertawa karena dipeluk dengan tangan lembutmu
ada yang senyum semangat karena dapat mencuri perhatianmu
ada yang menangis karena tak sehelai pun dapat melihat rambutmu.
Tuhan,
tenunan abjad demi abjad
pengubah dunia,
berpesan bahwa mereka selalu ada
untuk dunia dan kau aset bangsa "kebanggaannya"
itu semua lantaran,
kau tuhan!
maha cantik,
maha asyik,
maha tawa,
maha santai, dan
maha diatas maha yang pernah ada.
Yogyakarta, 14 Desember 2017
Komentar0