sengaja aku sulam sastra,
untuk angin tanpa penyanggah
berpuisi seakan semua bait
murni dan suci.
padahal tanpa kata,
penuh rasa dan dosa
sastraku tanpa penyanggah,
penuh cinta dan bahagia
dalam dunia dan syurga.
inginku cari pondasi
untuk menahan angin dan menidurkannya
hingga sakinah, mawaddah, warohmah.
dalam mimpi ada tatihan bersama,
berdua dan bercerita di kolam syurga.
membina keluarga, memasak naskah untuk keluarga kita bersama,
padahal semua itu tak ada.
doa dan dusta pasti berakhir cerita.
hingga menjadi genangan bersama angin
yang mencari penyanggah.
entah itu cerita siapa dan untuk siapa,
bahkan itu tak ada dan mengapa?
padahal sudah aku sulam
dengan basmalah yang berharap al-Hamdulillah.
tapi mau bagaimana,
jika puisi itu tak menemukan penyanggah.
dunia akan tertawa pada cerita yang tak munkin ada,
menyaksikan lelucon cinta yang berharap itu ada,
Semua itu tak nyata.
bismillahirrahmanirrahim,
Ijab tak mengapa siapapun pemiliknya.
asal Qobul tak mengikutinya.
untuk penyanggah,
kutitipkan angin yang berkeliaran
menyampaikan salam pada qobul
bahwa, Lianny Baituki Wa Jannatuki.
Amiin.
Yogyakarta, 07 Desember 2017
Komentar0