Lumajang kau begitu mengasikkan
Lumajang kau cepat adaptasi pada lingkungan
Lumajang kau ramah pada tamu
Lumajang kau embun baru lahir
Menghapus kesunyian malam
Membangunkan dedaunan
Memberi isyarat senyum mentari mewarna di pagi hari
Saya kerasan bertamu di setiap waktu dan berharap spesial for you
Keterlambatanku pergi saat bertamu,
Dan bukan sapaan yang mampu menahan kesinggahanku
Tapi sayu, senyum dan lembut suaramu.
Saya bersabda pada mu
Setelah masuk ke rumah mu
Setelah menghirup sebagian nafas mu
Setelah belajar tersenyum dari sejarah mu
Untuk mengabdikan pada sejarah pasir dan ombak
Yang disatukan oleh angin
Untuk ku dan dirimu.
Engkau ramah,
Engkau indah,
Engkau mulia,
Engkau suci,
Engkau ibadah di pagi hari,
Engkau gender salafi, dan
Engkau bidaddari yang tak harus dihampiri oleh dosa ini.
Saya terlalu tua menghitung dosa,
Terlalu muram menyucikan diri pada bidaddari
Dengan histori yang aku tatih di fb (Facebook)
Laksana perang sparta dan romawi
Wajib saya pergi mengasingkan diri.
Agar merana tidak selalu jadi alas kaki silaturrahim.
Terlalu putih kulitmu,
Bila saya kuliti.
Karena kotoran tidak memandang siapa dan mengapa?
Dia melahap bersih di depannya, di bawah dan disampingnya.
Maka saya sulam puisi ini
Untuk menjaga kesucianmu
Dan berharap ampunan dosa dari rindu yang selalu menganggu
Terlalu lemah jika saya berperang dengan nafsu
Menahan godaan di setiap detik rindu padamu
Maafkanlah dosa, yang memutus silaturrahim
Untuk kesucian mu.
Karena tidak mungkin saya dapatkan jalan kata pisah rindu.
Saya suguhkan bungan yang berisikan
Berat hati untuk ku tinggali
Namun, apalah daya jika batu bisa menjadi bangunan
Maka menghantampun harus dilakukan
Dosa ini akan berhenti dan tidak akan pernah menjalar
Isi dari pacaran, dan memaksa dunia, akhirat berduaan
Kau pun selamat dari kecelakaan
Maka kata perpisahan, sebagai keselamatan.
Terimakasih Lumajang
Yogyakarta, 11 Juni 2017
Komentar0