Malam kusam mengintai.
Kerumunan, strong dan menyukong.
Beridealektik, untuk mengusik dan berisik.
Mengayomi beban tanpa alasan
Tanpa tempat dan waktu berbau
Semua harum tak mengenal parfum
Semua buram demi kepentingan.
Ini untuk kalian kami berkorban
Waktu biarlah berlalu
Kami tak peduli tanpa ini.
Kalian angka pertama
Sebelum nomor satu
NKRI harga mati,
Bangsa ini harus di ayomi, dan (dinikmati)
Untuk menjaga keutuhan kedaulatan serta keadilan.
Sebagai bentuk negara kesatuan.
Kami berkorban,
Siapa lagi kalau bukan kami?
Bulshiit!
“tong kosong nyaring bunyinya” ibarat.
Pepatah menemukan fakta
Yang ada hanyalah derita penuh,
Gentangan di persimpangan.
Mengais waktu yang sudah menjadi
Empedu untuk madu.
“makan, makan, kami lapar”
Lantas kalian dimana?
Para birokrat yang akan bersama rakyat
Yang mengaku kami satu
Dan bahu membahu
Bulshiit!
Laknat dan pahat
Para pemakan pantat.
Kosong tak bermakna,
Hilang di telan alam
Kursi sudah mau berbulu dan layu
Dimanakah rara manusiawi
Yang katanya bersama kami.
Entah kalian dimana dan kemana?
Tuhan mencari mu,
Ingin membelai dengan parang
Dan sisa tulang benulang.
Blandongan, 26 Oktober 2017
Komentar2
Mantap senior...
BalasHapussenior derih dimmah, pola kon ghafur,, wwkwkwk
BalasHapus