Mentari belum sirna
Halayak pagi biasanya
Memperlambat pengaduan
Yang ompong karena
Nikmat kopi perantauan
Sementara sepi bersandar
Perut keroncongan
Ibu tetap saja dengan keistimewahan
“Mas, makan mas. Bangun-bangun”
Bagai surga dengan hidangan
Ontel tua yang riang
Sementara pabrik ternama dengan
Musik lantangnya, menari-nari
Depan rumah lurus bergairah.
Bayangan menari-nari
Lewat soal bagai ujian.
Dimanakah jalan keberuntungan?
Kantong masih jomblo saat
Tanagan kanan, diterpa wajah perut
Kosong dan bolong
Tanpa harapan
Ibu kau penyelamat
Yang diutus dewa kehidupan
Untuk nge-bon di setiap titik nafas
Bergelombang karena kelaparan.
Yogyakarta, 26 Oktober 2017
Komentar0